Thursday, March 5, 2015

Seribu Musim


Ini musim panas
Tak ada tetesan mata air awan
Jika pun ada tak akan mampu mendinginkan suasana
Semua kering, tak ada hijau
Semua kerontang disudut-sudut ranting tersisa
Itu pun jika tak dimakan oleh api


Ini musim hujan
Tiba selepas kerontang
Ada semi yang berkejar-kejaran
Mencoba menyulap kecoklatan dalam balutan warna hijau
Hijau itu damai kan?
Air awan datang, membasuh rancu yang sekian lama dibiarkan pemiliknya
Jika bermuara pada nestapa, maka doa untuk kepergiannya pun terapal

Ini musim rindu
Musim dimana tak semua orang menginginkannya
Tertahan dalam sudut ruang yang menyebalkan
Saat tak mampu saling bertahta
Mungkin karena mahkotanya terus berganti
Atau raja tak mau lagi bertahta megah
Tapi ini musim yang rumit, hanya bisa diraba dengan menutup mata

Ini musim kehilangan
Lanjutan dari rindu yang terbujur kaku
Aku tak mau ada di musim ini
Maka carilah katalis agar ia cepat berlalu
Tapi mungkin dimensi selalu menjadi penghalang
Karena ia tak mau berdampingan dengan keinginan

Ini musim bergerak
Musim berpindah, engkau bebas berpindah
Engkau bebas bertabrakan bertukar energi
Biar entalpinya yang nanti akan menentukan
Sejauh mana engkau pergi, sejauh mana engkau bertahan

Dan aku?
Bertahanlah diri, dalam musim apapun
Agar tangkai mampu menjadi tunas.


(Maret 2015)

No comments:

Post a Comment