Saturday, February 9, 2013

In This Night

Malam yang tenang itu hadir lagi
Bahkan sudah menjelang pagi
Entah malam ke berapa ini
Ke sepuluh, dua puluh, tiga puluh atau mungkin lebih
Yang pasti aku tetap sendiri sejak engkau menghentikan melodi ketenangan

Menatap pilu jendela yang kusam
Tak ada bulir hujan yang menemani
Gelaap
Sunyi
Hanya bunyi angin mendesah
Ia tampak samar, tapi sesungguhnya nyata
Mimpinya mengajaknya pergi
Ragunya membawanya menjauh
Lalu rasa sakit membelengguku dalam sepi
Maka senyumku hadir ketika angin bertanya seakan berempati

"
Mengapa engkau masih menantinya?"
dan aku pun tersenyum menjawabnya: " Penantian adalah bukti dari kesungguhan, menunggu sesuatu yang mungkin saja tak pernah datang. tapi sesuatu itu masih bisa diharapkan dan usahakan."

Malam mungkin saja berganti
Mentari akan selalu hadir menggantikan tugas bulan
Tapi bagaimana dengan rindu ini?
Kerinduan ini masih ada, tak akan terganti
Bahkan ketika hujan tiba, rindu ini nampak jelas teriring putaran kenangan yang hadir

Rindu ini kapankah berakhir?
Perasaan ini kapankah terbalas lagi?

saat purnama ketiga?
purnama ke empat, ke lima?

Hati menjawab dalam senyuman :
"Malam menemaniku seperti ini, bertahan dalam kerinduan yang terdalam, terperangkap dalam perasaan yang tak bertepi, Menantimu "

No comments:

Post a Comment