Diam!
sedikit saja bergetar maka sekeliling beresonansi
sedikit saja bergetar maka sekeliling beresonansi
Gelap!
sedikit saja bersinar maka semua akan lenyap
sedikit saja bersinar maka semua akan lenyap
Saat sunyi tiba
Maka hati itu yang
berbisik
Bersuara lantang tanpa
perlu engkau dengar
Cukup bersuara untukku saja,
tidak lebih
Lalu sunyi berbisik, bertanya manis dengan maksud meragukan
Lalu sunyi berbisik, bertanya manis dengan maksud meragukan
“ mengapa kamu sayang
kepadanya?”
Singkat saja aku jawab:
“ Memangnya sayang butuh alasan?”
Sunyi terlihat kesal karena godanya tak berpengaruh,
“ Memangnya sayang butuh alasan?”
Sunyi terlihat kesal karena godanya tak berpengaruh,
lalu ia kembali merangkai
sebuah pertanyaan lain.
“ Bukan kah sayang akan ada kadaluarsanya?”
Aku tersenyum mendengar bisikannya, untuk selanjutnya kembali menjawab dengan sangat yakin.
“ Oh, tentu saja sayang itu akan ada kadaluarsanya, tapi yang terpenting bukan itu!”
Keyakinanku kembali membuat sunyi tanpak kesal, ia berujar.
“ lalu apa yang terpenting?”
aku menjawab dan berharap ini ujaran terakhirku:
“ Tentu saja kita tak akan pernah mendapatkan seseorang yang sempurna, akan selalu ada orang yang lebih yang akan mengkadaluarsakan sayang kita. Tinggal bagaimana kita mampu menerima sebanyak kekurangan dia, orang yang kita sayangi. Karena yang sempurna belum tentu baik begitu pun aku yang tak bisa menjanjikan banyak hal yang terbaik untuknya karena terlalu banyak kekurangan yang aku miliki, tapi aku akan menjelma menjadi alunan musik klasik yang akan selalu menenangkanya saat sengatan dunia menyakitinya dan menjadi orang pertama yang percaya bahwa ambisinya akan menjadi nyata. Itu saja!”
Dan sunyi pun diam, tenggelam diantara malam yang gelap.
Dibagian lain, bintang menjadi pesona malam yang indah. Saat itu, aku angkat telujuk jariku, memberi tahu sunyi ada bintang yang paling bersinar. Kubisiki pelan sunyi. “ Bintang itu yang menghubungkan aku dengannya”
Setelahnya tak ada satu pun kata yang terucap diantara sunyi itu.
-29 juli 2014-
#dewi
“ Bukan kah sayang akan ada kadaluarsanya?”
Aku tersenyum mendengar bisikannya, untuk selanjutnya kembali menjawab dengan sangat yakin.
“ Oh, tentu saja sayang itu akan ada kadaluarsanya, tapi yang terpenting bukan itu!”
Keyakinanku kembali membuat sunyi tanpak kesal, ia berujar.
“ lalu apa yang terpenting?”
aku menjawab dan berharap ini ujaran terakhirku:
“ Tentu saja kita tak akan pernah mendapatkan seseorang yang sempurna, akan selalu ada orang yang lebih yang akan mengkadaluarsakan sayang kita. Tinggal bagaimana kita mampu menerima sebanyak kekurangan dia, orang yang kita sayangi. Karena yang sempurna belum tentu baik begitu pun aku yang tak bisa menjanjikan banyak hal yang terbaik untuknya karena terlalu banyak kekurangan yang aku miliki, tapi aku akan menjelma menjadi alunan musik klasik yang akan selalu menenangkanya saat sengatan dunia menyakitinya dan menjadi orang pertama yang percaya bahwa ambisinya akan menjadi nyata. Itu saja!”
Dan sunyi pun diam, tenggelam diantara malam yang gelap.
Dibagian lain, bintang menjadi pesona malam yang indah. Saat itu, aku angkat telujuk jariku, memberi tahu sunyi ada bintang yang paling bersinar. Kubisiki pelan sunyi. “ Bintang itu yang menghubungkan aku dengannya”
Setelahnya tak ada satu pun kata yang terucap diantara sunyi itu.
-29 juli 2014-
#dewi
No comments:
Post a Comment