Jikalah saat ini
kita sama - sama menatap langit, tentu saja kita akan menatap langit
yang sama. Langit yang gulita dan syahdu. Ada harap, semoga saja langit
yang kita tatap ini saling mengalirkan sebuah energi yang besar kedalam
hati kita masing - masing. Energi yang mampu memberikan kekuatan agar
kita dapat mempertahankan mimpi kita. Bukankah dulu kita saling
menguatkan?? Semoga saja kini pun saling menguatkan, meski tak terucap
secara lisan tapi bukankah hati yang mampu merasakan seuntai energi itu.
Ya, semoga saja kita berada dalam dimensi yang sama untuk tetap saling
menguatkan.
Ini malam kesekian, sejak ke-kita-an berubah hanya sekedar aku dan kamu. aku masih saja berada di depan pintu itu. Aku menantimu. Bukan karena aku yakin. Lebih karena dengan itu aku masih bisa berharap untuk membuka mata diesok hari. Bukan karena aku kuat. Lebih karena aku masih memiliki harapan tentang pagi yang akan menyapaku. Paling tidak aku masih memiliki alasan untuk hidup, ya satu hari lagi menunggumu di depan pintu. Hingga suatu saat, kau benar - benar kembali untuk mengetuk pintu dan masuk kedalam rumah kita. Jika tidak, aku akan kembali menunggumu.
Malam yang menaungi bintang, kau tahu? Ada masa dimana perasaan rindu yang bersemayam dalam segumpal darah ini mulai berontak. Teringat dimana benih yang pernah kita tanam mulai tumbuh, mulai besar. Kita pernah bahagia akan itu bukan? Kita pernah merawatnya bukan? Dan kita pernah berteduh dari rintik hujan didalamnya. Aku yakiin ada campur tangan sang pencipta diantaranya. Begitupun ketika kita mulai cemas ditengah perjalanan, daun-daun mulai berguguran seraya melayukan pohonnya. Sekuat kita bisa kita jaga pohon agar tak layu, tapi apa daya kita sebagai manusia. Meski dengan air mata yang menggantung disudut mata, doa-doa yang merapal dengan pasih berharap iya tak layu. Tetap saja kita tahu ada yang tak sejalan. Kita ingin bertahan dengan segala cara, namun tak ada cara lain.
Pagi mulai menyapa sembari berusaha menahan udara yang mendingin. Bolehkah aku meminta kesempatan kedua? Kesempatan agar hati kita saling bertautan ?Nampaknya itu terlalu berlebihan? Lihatlah kah kau lebih bahagia tanpa aku? Dan aku masih sibuk dalam mimpi semu tentang aku dan dirimu.
Aku?
Aku masih memiliki sebentuk hati, Tentu saja, sama seperti sebelumnya. Maka jangan meminta padaku untuk menjabarkan arti cinta, aku hanya akan diam. Tapi cobalah kau minta padaku untuk menunjukannya, maka aku akan berdiri di sampingmu, di tengah senyumanmu, atau diantara luapan kemarahanmu. Dari kulitmu segar dan kenyal, hingga ia melar kalah oleh gravitasi. Dari mulai rambutmu hitam lebat, hingga kepalamu hanya menyisakan sedikit saja rambut yang memutih. Dan kau tahu itu.Yah, hidup tak melulu soal aku, kamu , kita dan sehelai perasaan yang dititipkan olehNya. Ada sebait mimpi, segunduk bakti dan tanggung jawab. dan tentu saja tentang ujian hidup. Aku tersenyum pahit, ketika aku memustukan untuk tak mengutamakan sepotong hati ini. Hingga nanti akan ada sepotong hati yang baru untuk ditanam kembali. Masih ada mimpiku yang menemani dalam penantian. Namun jangan pernah bilang ini sebuah pelarian, karena sesungguhnya aku takan bisa lari dari sosokmu,,
Ini malam kesekian, sejak ke-kita-an berubah hanya sekedar aku dan kamu. aku masih saja berada di depan pintu itu. Aku menantimu. Bukan karena aku yakin. Lebih karena dengan itu aku masih bisa berharap untuk membuka mata diesok hari. Bukan karena aku kuat. Lebih karena aku masih memiliki harapan tentang pagi yang akan menyapaku. Paling tidak aku masih memiliki alasan untuk hidup, ya satu hari lagi menunggumu di depan pintu. Hingga suatu saat, kau benar - benar kembali untuk mengetuk pintu dan masuk kedalam rumah kita. Jika tidak, aku akan kembali menunggumu.
Malam yang menaungi bintang, kau tahu? Ada masa dimana perasaan rindu yang bersemayam dalam segumpal darah ini mulai berontak. Teringat dimana benih yang pernah kita tanam mulai tumbuh, mulai besar. Kita pernah bahagia akan itu bukan? Kita pernah merawatnya bukan? Dan kita pernah berteduh dari rintik hujan didalamnya. Aku yakiin ada campur tangan sang pencipta diantaranya. Begitupun ketika kita mulai cemas ditengah perjalanan, daun-daun mulai berguguran seraya melayukan pohonnya. Sekuat kita bisa kita jaga pohon agar tak layu, tapi apa daya kita sebagai manusia. Meski dengan air mata yang menggantung disudut mata, doa-doa yang merapal dengan pasih berharap iya tak layu. Tetap saja kita tahu ada yang tak sejalan. Kita ingin bertahan dengan segala cara, namun tak ada cara lain.
Pagi mulai menyapa sembari berusaha menahan udara yang mendingin. Bolehkah aku meminta kesempatan kedua? Kesempatan agar hati kita saling bertautan ?Nampaknya itu terlalu berlebihan? Lihatlah kah kau lebih bahagia tanpa aku? Dan aku masih sibuk dalam mimpi semu tentang aku dan dirimu.
Aku?
Aku masih memiliki sebentuk hati, Tentu saja, sama seperti sebelumnya. Maka jangan meminta padaku untuk menjabarkan arti cinta, aku hanya akan diam. Tapi cobalah kau minta padaku untuk menunjukannya, maka aku akan berdiri di sampingmu, di tengah senyumanmu, atau diantara luapan kemarahanmu. Dari kulitmu segar dan kenyal, hingga ia melar kalah oleh gravitasi. Dari mulai rambutmu hitam lebat, hingga kepalamu hanya menyisakan sedikit saja rambut yang memutih. Dan kau tahu itu.Yah, hidup tak melulu soal aku, kamu , kita dan sehelai perasaan yang dititipkan olehNya. Ada sebait mimpi, segunduk bakti dan tanggung jawab. dan tentu saja tentang ujian hidup. Aku tersenyum pahit, ketika aku memustukan untuk tak mengutamakan sepotong hati ini. Hingga nanti akan ada sepotong hati yang baru untuk ditanam kembali. Masih ada mimpiku yang menemani dalam penantian. Namun jangan pernah bilang ini sebuah pelarian, karena sesungguhnya aku takan bisa lari dari sosokmu,,
No comments:
Post a Comment